The Worlds of J. R. R. Tolkien: Inspirasi Middle-earth di Dunia Nyata (Ulasan Buku)

The Worlds of J. R. R. Tolkien: The Places That Inspired Middle-earth (Princeton University Press, 2020). Koleksi pribadi. Gambar sampul oleh Flo Snook

“Banyak pembaca sepertinya mengira Middle-earth berada di planet lain!”

The Letters of J. R. R. Tolkien, surat nomor 11, 14 Oktober 1958

John Garth mengawali bab pembuka The Worlds of J. R. R. Tolkien dengan kutipan surat Tolkien untuk Rhona Beare, tertanggal 14 Oktober 1958. Kutipan tersebut hanya awal dari penjelasan panjang tentang asal-usul kata Middle-earth; versi modern atau perubahan dari kata dalam bahasa kuno yang merujuk ke dunia yang dihuni Manusia. Menurutnya, kata middle (“tengah”) merujuk pada pemikiran bahwa dunia tersebut dikelilingi oleh Lautan, diapit negeri es di Utara dan api di Selatan. Dalam surat tersebut, Tolkien juga menambahkan kata Inggris Kuno dan Abad Pertengahan (middan-geard dan midden-erd), menegaskan bahwa Middle-earth terinspirasi oleh dunia nyata.

Pembaca Tolkien kebanyakan sudah tahu bahwa Tolkien terinspirasi dari tempat-tempat yang dihuni atau pernah dikunjunginya. Akan tetapi, ada perbedaan antara “sekadar tahu” dan benar-benar “menjelajahi” tempat-tempat tersebut seperti ketika Tolkien melakukannya. Walau tidak ada yang benar-benar bisa merasakan pengalaman Tolkien secara pribadi (bahkan mereka yang mampu melancong), membaca The Worlds of J. R. R. Tolkien: The Worlds of Middle-earth bisa memberi gambaran akan hal tersebut.

Semua bab dalam buku ini dibagi menurut lokasi dan fitur geografis spesifik, seperti area pedesaan, lautan, pegunungan, sungai, gua, dan hutan. Bab seperti Four Winds dan The Land of LĂșthien tidak berfokus pada fitur geografis spesifik, tetapi membahas berbagai pengaruh yang menjadi dasar Tolkien dalam membangun dunia Middle-earth, terutama pada Abad Pertama dan Kedua.

Sama seperti bukunya yang membahas Tolkien dari sudut pandang pengaruh Perang Dunia Pertama dalam, Tolkien and the Great War, tulisan Garth di buku ini adalah hasil riset mendalam yang seketika tampak dari informasi detail, deskripsi kaya, serta narasi yang hidup. Garth tidak sekadar mendeskripsikan fakta secara kering; dia membawa pembaca menyusuri masa lampau dan menyaksikan perubahan yang terjadi seiring waktu. The Worlds of J. R. R. Tolkien memadukan deskripsi dan hasil riset dengan kutipan dari biografi, surat, dan hasil wawancara Tolkien, ditambah dengan kutipan dari buku-buku seperti The Lord of the Rings dan The Silmarillion untuk memberi gambaran lebih lengkap terkait inspirasinya.

Kita memulai perjalanan dari bab England to the Shire bersama ibu Tolkien, Mabel, ketika dia menyewa rumah nomor 5 di Gracewell Road, di dusun bernama Sarehole yang kelak menjadi inspirasi Tolkien untuk Hobbiton. Tolkien dan adiknya, Hillary, gemar bermain di padang rumput dengan pohon-pohon ek yang menjulang tinggi, menjelajahi lubang pasir, atau bermain di lembah yang dipenuhi bunga dan semak blackberry. Kita juga diajak menjelajahi hal menarik lain yang menginspirasi hal-hal serba Hobbit, seperti rumah berlapis rumput di Islandia dan Boffin’s Bakery, toko kue termegah di Oxford pada masanya, yang namanya dengan cerdik menginspirasi salah satu keluarga Hobbit paling ternama.

Lewat tulisannya, Garth memukau pembaca dengan kisah-kisah dari masa lampau, sama seperti Bilbo dan Frodo ketika mereka membaca berbagai buku dan mendengar beragam cerita. Bab berikutnya, Four Winds, membawa kita ke inspirasi Tolkien dari legenda dan mitologi masa lampau di empat penjuru angin, dari mitologi Nordik dan Anglo-Saxon hingga tradisi Celtic dan Yunani serta Romawi Kuno. Garth memulai bab ini dengan mendeskripsikan ketertarikan Tolkien terhadap kisah Sigurd di buku The Red Fairy Book oleh Andrew Lang (1890) sebelum membawa pembaca berkelana.

Ketika perjalanan Bilbo dan Frodo membawa mereka ke tempat-tempat yang semakin liar, indah, asing, bahkan berbahaya, saat itulah Garth mengajak pembaca mengalami hal serupa lewat bab-bab selanjutnya yang semakin spesifik: The Shore and the Sea, Roots of the Mountains, Rivers, Lakes, and Waterlands, dan Tree-woven Lands. Beberapa tempat memperoleh kehormatan khusus dalam deskripsi mereka, misalnya area pesisir di Cornwall yang menginspirasi Tolkien dalam deskripsinya tentang lautan, serta lembah di Lauterbrunnen, Swiss, yang menginspirasi Rivendell. Bab terkait hutan dan pepohonan sangat kaya tentang hasil riset Garth terhadap hutan yang dilihat Tolkien di masa kecilnya, “puisi peri” yang ditulisnya di masa muda, hingga inspirasi terkait hutan dari saga Volsung dan legenda Raja Arthur.

Bicara soal masa lampau, kita tidak boleh melupakan pengaruh peninggalan bersejarah. Garth memulai Ancient Imprints dengan mendeskripsikan The Lost Road, tulisan Tolkien yang bertema perjalanan waktu. Garth juga menyebut ketertarikan Tolkien terhadap “persilangan antara filologi dan arkeologi”, sesuatu yang tercermin dari penjelasan tentang berbagai situs kuno, bangunan bersejarah, dan penemuan arkeologis yang mungkin menginspirasi Tolkien, misalnya formasi batu melingkar Rollright Stones, White Horse of Huffington, dan Biara Whitby. Membaca bab ini membuat kita merasa seperti karakter Tolkien ketika mereka menjumpai situs kuno dan reruntuhan di dalam cerita; narasi Garth yang informatif sekaligus hidup memberi napas serupa dalam penjelasannya.

Dalam bab Places of War dan Craft and Industry, pembaca melihat bagaimana Perang Dunia Pertama dan industrialisasi membentuk pengalaman, memori, dan inspirasi Tolkien. Garth sudah menjelaskan hal ini secara detail dalam Tolkien and the Great War, tetapi kedua bab ini tetap penuh dengan informasi menarik baik untuk pembaca umum maupun akademisi. Pembaca juga akan menemukan fakta menarik seperti kekecewaan Tolkien terhadap adegan Hutan Birnam di drama Shakespeare Macbeth (dia mengira adegan tersebut akan melibatkan pohon sungguhan yang hidup dan menyerang kastil, tetapi Shakespeare ternyata menggambarkannya sebagai prajurit yang menyamar dengan mengikatkan ranting-ranting pohon di kepala mereka), tanda-tanda trauma perang yang menginspirasi pengalaman Frodo menjelang akhir buku, hingga tank tentara Jerman di Pertempuran Somme yang konon mengilhami naga-naga yang menyerang Gondolin. Garth juga menyelipkan referensi ke karya-karya penulis lain, menunjukkan pada pembaca betapa rumitnya cara Tolkien menerjemahkan inspirasinya ke dalam konsep dan cerita. Sesuatu yang tidak bisa dirangkum dalam bacaan semacam “fakta menarik tentang Tolkien” yang kebanyakan hanya menyentuh permukaan.

Buku ini menjadi lebih istimewa dengan kehadiran ilustrasi indah dan foto-foto menawan, termasuk ilustrasi Lauterbrunnen karya Flo Snook di sampul. Beberapa lukisan karya Tolkien juga hadir di sini, misalnya lukisan abstrak The Shores of Faery (1915) yang menggambarkan konsep awal Valinor, lukisan laut Cove Near the Lizard (1914) hasil kunjungannya ke Cornwall, dan ilustrasi untuk buku-bukunya sendiri seperti lukisan Rivendell dan Hobbiton. Semua ilustrasi ini membuat pengalaman membaca terasa lebih hidup.

Buku ini bukan satu-satunya referensi untuk mempelajari Tolkien lebih dalam. Penjelasan dan hasil riset Garth melibatkan banyak referensi silang dan catatan, bukti bahwa inspirasi dan proses kreatif Tolkien sulit dibatasi dalam bab-bab spesifik. Beberapa penjelasan tentang lokasi tertentu hanya menunjukkan sedikit koneksi terhadap karya Tolkien, sementara yang lainnya malah nyaris tidak ada. Garth sengaja menambahkannya agar pembaca juga bisa mengetahui unsur-unsur yang mungkin ikut ambil bagian dalam proses kreatif Tolkien seiring waktu.

Dalam wawancara videonya dengan Signum University untuk mempromosikan buku ini, Garth meminta pembaca agar berpikiran lebih terbuka ketika membaca atau meneliti hal serupa. Baginya, penting untuk mengecek fakta, melakukan studi mendalam, dan berpikiran terbuka terhadap perspektif berbeda, termasuk dari area akademis lain. Buku ini mampu menjembatani dunia riset akademis dan pembaca umum. Informasinya cukup kaya untuk dijadikan sumber tulisan akademis, tetapi pembaca biasa juga bisa menikmatinya dan bahkan melakukan riset mereka sendiri.

Studi karya Tolkien adalah bidang yang luas, mendalam, dan kaya, layaknya hutan yang menjadi inspirasi karya-karyanya. Selalu ada hal baru untuk dipelajari atau hal menarik untuk dikaji ulang secara lebih mendalam atau lewat perspektif baru. Lewat hasil riset, deskripsi mendetail, serta ilustrasi dan foto menawan, The Worlds of J. R. R. Tolkien adalah tambahan berharga untuk “hutan” ini.

Ulasan bahasa Inggris di sini.

Tinggalkan komentar